Senin, Juni 14, 2010

Sampah-sampah di Bandung

Kota Bandung terkenal dengan moto "Bandung Bermartabat". Bermartabat adalah kependekan dari bersih, makmur, taat, dan bersahabat. Diharapkan dengan adanya moto tersebut akan membangun Kota Bandung menjadi kota yang lebih baik dan ramah lingkungan dan menjadikan lingkungan kota yang bersih, bebas dari sampah, dan dipenuhi oleh pohon-pohon dan tanaman-tanaman yang menyegarkan lingkungan. Namun akhir-akhir ini terulang kembali di sudut-sudut kota terlihat banyak gundukan sampah yang sudah menggunung. Sampah-sampah yang mengganggu pemandangan itu berserakan di mana-mana. Tidak tanggung-tanggung, ternyata di lingkungan sekolah dasar pasawahan saja sampah sudah mulai berserakan, yang menyebabkan rusaknya keindahan.
Dari aspek politik, Pemkot Bandung telah mengeluarkan Perda K3 (kebersihan, keindahan, dan ketertiban). Padahal dengan diberlakukannya Perda K3 ini, pemkot berharap masyarakat akan lebih peduli lingkungan. Tapi bila melihat belum ada keseriusan dari pemkot dan masyarakat. Dalam ketentuan Perda K3, dijelaskan bahwa jika ada yang melanggar Perda K3, misalnya membuang sampah sembarangan, akan dikenakan denda. Namun, rupanya hal ini tidak begitu diperhatikan betul. Oleh karena itu, keseriusan dan ketegasan dari Pemkot Bandung mengenai Perda K3 harus lebih ditingkatkan.
Persoalan sampah yang ada di Bandung tak kunjung terselesaikan, apakah masyarakat Bandung akan diam saja dan membiarkan sampah-sampah semakin memenuhi badan jalan yang ada di Bandung. Produksi sampah warga Kota Bandung baik sampah organik maupun nonorganik setiap harinya mencapai 7.500 meter kubik. Sementara sampah di wilayah Kabupaten Bandung setiap hari mencapai 8.000 m3. Sedangkan volume sampah Kota Cimahi rata-rata 400 m3/hari.
Mungkinkah volume sampah warga Bandung semakin meningkat akhir-akhir ini? Atau, memang ada permasalahan pelik yang sedang dihadapi pemerintah kota Bandung mengenai sampah?. Situs kompas.com mengungkapkan bahwa volume sampah warga kota Bandung setiap harinya mencapai angka 3.677.377 meter kubik. Dari jumlah itu, hanya sekitar 82 persen yang bisa terangkut oleh Dinas Kebersihan Kota Bandung.
Warga kota Bandung harus menjadi bagian solution maker untuk menyelesaikan masalah sampah ini dan ikut bekerja sama untuk menjadikan Kota Bandung bersih dan hijau kembali. Partisipasi warga sangatlah penting dengan membuang sampah pada tempatnya atau pun membakar sampah agar tidak ada lagi sampah yang berserakan, ini sangat membantu beban pemerintah dalam menangani permasalahan sampah di Kota Bandung. Saat ini kerumunan lalat semakin terlihat di sejumlah kawasan di Kota Bandung. Belum tertanganinya persoalan sampah di Kota Bandung dikhawatirkan akan memicu timbulnya berbagai bibit penyakit. Dinas Kesehatan Kota Bandung telah memprogramkan penyemprotan serangga ke 33 tempat pembuangan sampah (TPS) di Bandung sebagai antisipasi penyakit akibat tumpukan sampah. Penyemprotan itu menggunakan obat cynop sejenis obat pembasmi serangga, secara bergilir di setiap TPS. Pihak Dinas telah menyediakan anggaran puluhan juta rupiah untuk program penyemprotan lalat itu. Namun apakah persoalan sampah ini bisa terselesaikan dengan program penyemprotan obat cynop saja? Namun kenyataan yang terlihat saat ini, masih ada tumpukan sampah di berbagai tempat  di Kota Bandung salah satunya yang terletak di dekat Sekolah Dasar Pasawahan Kabupaten Bandung, sampah ini menumpuk begitu saja tanpa diangkut hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Ini dapat mengakibatkan dampak buruk bagi anak-anak Sekolah Dasar tersebut karena dengan bau yang tidak sedap inilah bisa membuat anak-anak Sekolah Dasar Pasawahan ini mudah terserang penyakit, bahkan lalat-lalat yang berkerumun di sampah tersebut bisa saja hinggap di makanan atau jajanan yang biasa dikonsumsi siswa SD tersebut. Apakah tindakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah ini?
Pemkot Bandung telah berpikir maju dengan melibatkan tenaga ahli dalam penanganan sampah. Pada umumnya kota-kota besar dalam pembuangan sampah selalu mengotori tetangganya, misalnya Kota Bandung dan Cimahi membuang sampah di Kabupaten Bandung, Jakarta membuang sampah di Bekasi.  Saat ini Pemkot hanya memikirkan membuang sampah dan tidak memikirkan memanfaatkan sampah dan sifat pembuangan sampah hanya ditumpuk di suatu lokasi tanpa pengolahan sama sekali. Akibatnya yang terjadi disamping bau tidak sedap dan kemungkinan bencana longsor.. Padahal dari sampah banyak bermunculan jutawan sampai milyader baru, hanya dengan memilah sampah-sampah dan mengolahnya menjadi bahan yang berguna bagi masyarakat.
Pemkot Bandung tentu saja menangkap peluang tersebut dengan berencana mengolah sampah menjadi tenaga listrik. Betul-betul pemikiran yang sangat bagus dalam mengatasi problem sampah di kota besar. Untuk melaksanakan hal ini Pemkot tidak melakukan dengan gegabah, mereka bekerja sama dengan ITB dalam perencanaan dan pengelolaannya.
Dilihat dari tingkat kedisiplinan, warga Bandung masih dinilai rendah terhadap masalah sampah. Padahal sampah adalah masalah bersama warga Bandung. Untuk itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan perlu diperhatikan. Mungkin sebaiknya pihak pemkot sendiri yang langsung memberikan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat secara langsung, agar masyarakat menjadi sadar dan peduli lingkungan. Pendidikan sampah perlu diterapkan. Pendidikan sampah bertujuan memahamkan ilmu dan teknologi sampah pada masyarakat. Jadi, pendidikan membuang sampah pada tempatnya serta mengolah sampah secara benar harus ditanamkan sejak usia dini. Hal itu dianjurkan agar kebiasaan buruk yang dilakukan orang-orang bisa dikurangi dan dihentikan.
Untuk memudahkan mengolah sampah sebaiknya sampah organik dan sampah anorganik dipisahkan karena jika sudah tercampur akan sulit untuk diolah. Yang termasuk sampah organik yaitu sampah-sampah basah, seperti sisa-sisa makanan, daun-daunan, dll. Sampah anorganik seperti plastik, kertas, karton, botol, dll. Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi benda yang bermanfaat dan yang terpenting tidak menjadi sampah. Memang disudut-sudut kota telah ada tempat sampah yang memisahkan antara sampah organic dan anorganik namun kembali lagi pada masyarakat yang kurang disiplin terhadap permasalahan sampah ini. Masih saja ada masyarakat yang tidak teratur membuang sampah seperti sampah organic di buang ke sampah anorganik, begitupun sebaliknya sampak anorganik di buang ke sampah organic. Ini dapat menyulitkan pemerintah, seharusnya masyarakat dapat bekerja sama dengan baik agar permasalahan ini dapat terselesaikan segera.
Pemkot Bandung harus gencar dalam mengajak warga Kota Bandung untuk peduli lingkungan. Misalnya, dengan selalu mengingatkan masyarakat akan bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan sampah, menyelenggarakn gerak jalan untuk membersihkan lingkungan atau operasi semut membuang sampah-sampah yang berserakan. Pemkot juga harus memfasilitasi Kota Bandung sebaik-baiknya, seperti menyediakan tempat sampah di tempat-tempat strategis.

Tidak ada komentar: